Tangan-tangan raksasa bernama kesendirian itu menggenggamku dengan teramat kuat. Meremukkan hatiku dengan mudahnya. Jari-jarinya mencengkeram dengan hebat. Merobek setiap sudut sisi ruang hatiku.
Karang pencarian itu teramat tajam. Bebatuannya menjorok dan melukakan. Kerikilnya menusuk dan membius. Menghancurkan bahtera kecilku yang kudayung dengan kedua tangan lemah ini. Jiwa ini telah tercabik.
Jiwa ini, cinta ini, rasa ini, terkoyak. Darah cintanya tergenang lalu mengalir deras, ke hulunya, ia mati. Masuk ke bumi, dan tertelan, terinjak oleh penderitaan yang sudah mati rasa.
Aku berjalan gontai, terhuyung. Hanya karena dorongan atas pencarian penawar kesendirianku akanmulah aku merasa raga ini harus bangkit. Bangun. Berjalan. Meski tak tahu kemana nanti. Di tujuan yang hilang, aku mencarimu, atau labuhan yang lain...
Karang pencarian itu teramat tajam. Bebatuannya menjorok dan melukakan. Kerikilnya menusuk dan membius. Menghancurkan bahtera kecilku yang kudayung dengan kedua tangan lemah ini. Jiwa ini telah tercabik.
Jiwa ini, cinta ini, rasa ini, terkoyak. Darah cintanya tergenang lalu mengalir deras, ke hulunya, ia mati. Masuk ke bumi, dan tertelan, terinjak oleh penderitaan yang sudah mati rasa.
Aku berjalan gontai, terhuyung. Hanya karena dorongan atas pencarian penawar kesendirianku akanmulah aku merasa raga ini harus bangkit. Bangun. Berjalan. Meski tak tahu kemana nanti. Di tujuan yang hilang, aku mencarimu, atau labuhan yang lain...
No comments:
Post a Comment