Hujan pagi ini, ga sedikitpun menyurutkan langkah kaki gw. Titik-titik airnya yang penuh, mengambangkan rindu ini ke permukaan. Cinta ini terbiaskan di pelangi yang terbuat dari tetes-tetes embun hati. Asa ini telah membumbung. Mengangkasa, di redupnya surya pagi ini. Saat gw temukan dia di Pondok Ranji. Blazer abu-abu. Ya, dia dengan blazer abu-abu itu. Dia terlihat dewasa, namun tetap ga bisa menyembunyikan belianya. Dia benar-benar menghentikan pandangan mata gw, di satu titik, dia seorang. Gw, hanya bisa berdiri dan tertegun. Dia berdiri membelakangi gw. Tapi gw tetap bisa lihat profilnya. Pipi itu, begitu menggemaskan. Ga perlu sampai gw sentuh. Cuma dengan melihatnya aja, gw udah bisa merasakan lembut auranya. Sesekali dia terlihat melirik ke arah gw. Kali ini, gw biarkan dia tahu kalo gw ada disini, memperhatikan dia. Biar. Entah apapun reaksinya nanti. Gw terlalu terpesona. Tersihir. Terpaku.
Melukiskannya ga akan cukup dengan gurat-gurat pensil dan tinta. Ga akan pernah cukup dengan kumpulan rangkuman kata-kata terindah di dunia. Di bayang sosoknya, gw mampu bertekuk lutut, lemah...
Melukiskannya ga akan cukup dengan gurat-gurat pensil dan tinta. Ga akan pernah cukup dengan kumpulan rangkuman kata-kata terindah di dunia. Di bayang sosoknya, gw mampu bertekuk lutut, lemah...
No comments:
Post a Comment