di akhirnya...

Udah hampir seminggu, gw ga liat dia. Dia yang gw ga tau namanya. Gw coba mengetuk hati gw, kemana gerangan dia? Selasar gerbong ini udah berhari-hari gw pandangi, tapi tetap kosong. Warna keceriaan yang biasanya gw temukan pagi hari, sekarang udah luntur. Hilang, berganti dengan warna-warna suram dan gelap. Dari ujung ke ujung, gw tetap ga bisa menemukan dia. Kemanakah wajah rupawan cinta itu? It’s been a week now. Jujur, walaupun cuma bisa memandanginya, tanpa nyali untuk menyapanya, hanya dengan lihat dia berdiri di depan gw membelakangi gw, gw udah merasa jadi orang paling beruntung sedunia.
Tapi sekarang, semua nyali, keberanian, senyum, tegur dan sapa yang udah gw kumpulin, menguap percuma di udara. Seakan semua itu ga berarti sejak gw ga lihat dia lagi di gerbong ini. Sejak dia hilang dari pandangan gw. Sejak di berhenti untuk datang di hari gw mempersiapkan mental untuk menegurnya. Semua jadi berasa terlambat, semua jadi hening, dan akhirnya semua jadi basi.

Minggu lalu, itu berarti hari terakhir gw lihat kamu. Gadis, seandainya kamu ada lagi disini. Pasti hari gw akan berwarna lagi, ga akan lagi gw di hitam putih cinta kaya minggu-minggu ini. Gadis, gw rindu lihat kamu disini, berdiri anggun...

Di akhirnya gw merasa... Seandainya kamu tahu, seandainya gw lebih berani... Seandainya aja...

No comments:

Post a Comment