Gerimis kecil pagi ini, titik-titik air jatuh perlahan, 06.15 gw udah nungguin kereta gw di Sudimara, calon penumpang juga belum banyak, hanya ada beberapa. Jam berjalan, tanpa sadar, stasiun kecil itu sudah ramai. Sebentar kemudian kereta datang, penumpang ramai berdesakan masuk ke dalam kereta. Di ujung, di sudut, di gerbong 3, seperti biasa, gw disana. Merasakan dan meresapi setiap lirik dari Debu di lagu Mahzab Cinta. Kata-katanya dalam, kena di hati gw. Kereta melaju kencang ke Pondok Ranji. Ah, gw ketemu dia lagi hari ini. Gw berharap. Dan berharap. Gw liatin setiap wajah-wajah yang masuk di gerbong 3 itu. She wasn’t there! God, what was happen to her? Sakitkah dia? Waktu kereta udah mulai jalan, gw terus memandangi selasar gerbong itu. Wajah orang-orang. Muka-muka bangun tidur yang dipaksa (atau mungkin tidak) untuk sadar dan terjaga akan tugas-tugas hari ini. Ga sekilaspun gw liat muka dia. Dimana dia hari ini.
Kereta terus berjalan cepat dan laju. Berhenti sejenak di stasiun Palmerah. Gw berharap, ketika penumpang mulai berangsur turun dan semakin sedikit, gw bisa liat dia. Tapi dia ga ada. Harapan gw jadi sia-sia. Kereta laju kembali, menuju stasiun Tanah Abang. Penumpang semakin sedikit. Banyak yang udah beranjak turun. Tapi dia tetap ga ada. Sakitkah dia?
Kereta merapat menuju stasiun Karet. Dari arah gerbong 4, sesosok keindahan muncul dari balik keramaian. Dari balik badan setiap orang yang memberi keindahan itu jalan. Matanya yang sayu tertuju ke depan, mencari celah agar bisa berdiri dan menuju pintu keluar. Dia melihatku, memandangku sekejap. Tuhan, tak cukup terimakasihku untuk kebahagiaanku pagi ini, keindahan yang Kau berikan padaku pagi ini. Di ujung harapku...
Kereta terus berjalan cepat dan laju. Berhenti sejenak di stasiun Palmerah. Gw berharap, ketika penumpang mulai berangsur turun dan semakin sedikit, gw bisa liat dia. Tapi dia ga ada. Harapan gw jadi sia-sia. Kereta laju kembali, menuju stasiun Tanah Abang. Penumpang semakin sedikit. Banyak yang udah beranjak turun. Tapi dia tetap ga ada. Sakitkah dia?
Kereta merapat menuju stasiun Karet. Dari arah gerbong 4, sesosok keindahan muncul dari balik keramaian. Dari balik badan setiap orang yang memberi keindahan itu jalan. Matanya yang sayu tertuju ke depan, mencari celah agar bisa berdiri dan menuju pintu keluar. Dia melihatku, memandangku sekejap. Tuhan, tak cukup terimakasihku untuk kebahagiaanku pagi ini, keindahan yang Kau berikan padaku pagi ini. Di ujung harapku...
No comments:
Post a Comment