Kereta listrik gw udah jalan dari stasiun. Pas, seperti yang dibilang di pengeras suara. Jam 06.31. Dengan penumpang yang lumayan ramai, pelan tapi pasti, KRL Sudirman Express itu mulai jalan. Goyang kekiri, kekanan. Kaya anak kecil baru belajar jalan. Limbung, tapi tetap di jalurnya. Beberapa ratus meter kemudian, jalannya mulai stabil. Sambil masinis menambah kecepatan, biar cepat sampai di stasiun berikutnya, yang jaraknya hanya 10 menit, dari stasiun tempat gw biasa naik, Sudimara. Seperti biasa, seperti hari-hari sebelumnya, gw selalu berdiri, selalu ditempat yang sama, selalu di gerbong yang sama, dan selalu dengan orang-orang yang sama setiap hari. Orang-orang yang ga gw kenal satupun dari mereka, tapi gw (setidaknya) udah hafal, setiap wajah dari orang-orang itu. Siapa yang baru pertama kali naik kereta, siapa yang cuma sesekali naik kereta, dan siapa yang selalu setiap hari naik kereta tanpa pernah absen.
Cepat juga KRL gw jalan. Seperti seolah-olah ga ada yang berani ngalangin di depannya. Beberapa saat kemudian, kereta ini berhenti di sebuah stasiun lain di Bintaro, stasiun Pondok Ranji. Remnya yang mendadak bikin orang-orang jadi limbung. Gw disana, berdiri di dekat pintu, waktu pintu kebuka. Dua tangan ini sibuk dengan game Roller Coaster 3D yang baru gw install kemaren di kantor. Telinga ini penuh dengan teriakan dan kemarahan Til Lindemann, vokalis industrial punk rock band dari Jerman, Rammstein. Gw ga peduli dengan sekeliling gw. Gw ga perhatiin setiap wajah mereka yang masuk ke gerbong gw. Terlalu penuh jumlah orang yang masuk, terlalu sesak dan berdesakan mereka itu. Sampai gw angkat muka gw, celingukan, berharap ada seseorang yang gw kenal, dan bisa gw ajakin ngobrol, at least, daripada gw basi maen game yang ternyata ga seru-seru amat. Gw liat kekiri, bah, emak-emak (ga bermaksud mendiskreditkan ibu-ibu wanita karier, tapi emang dasarnya emak-emak, udah umur tapi dandannya menor bener dah), ada lagi (mungkin) pasangan selingkuh, udah sama-sama tua, tapi mesranya ampun dah, kaya anak SMP cinta monyet. Di depan gw, astaga, si troublemaker, tukang nyempil, orang yang ga bisa baca koran sambil berdiri di kereta, tapi sok-sok baca koran, ampe halamannya selalu ngenain muka orang. Di kanan…
No comments:
Post a Comment