bertekuk lutut, kaku, terpaku dan diam

Melihatnya hari ini bersama dalam satu gerbong sudah cukup melegakan dahagaku. Yang kering karena merindukan senyum di bibirnya itu. Bahagianya aku senja ini. Di gersang dan panasnya udara Jakarta hari ini. Hmmmmm...


Aku masih berusaha mengingat apa yang membuatku begitu menyukainya. Aku sudah hampir lupa. Wajahnya? Sepertinya tidak sepenuhnya benar juga. Senyumnya? Adalah sebuah pelengkap di rupa ayunya. Dia sepenuhnya dengan segala kesempurnaannya? Mungkin. Bagiku tak ada yang kurang darinya.


Bahkan dari cara dia mengedipkan mata, menggigit bibirnya, cara berbicaranya. Tuhan, betapa cantiknya ciptaan-Mu. Aku takut untuk berusaha memilikinya. Rasanya tak sepadan. Sebuah karya indah-Mu ada di dekatku.


Jantung ini tak berdetak dengan baik. Setiap kulihat dia, jantung seakan berhenti berdetak beberapa detik. Aku serasa mati di hadapannya. Di hadapan malaikat berbentuk manusia-Mu itu. Bertekuk lutut, kaku, terpaku dan diam.


Published with Blogger-droid v2.0.4

No comments:

Post a Comment