asa pasrah larut di rintik hujan



Hujan rintik saat aku berjalan menuju Stasiun Kereta Sudirman hari itu. Titik-titik airnya menguap seiring angin kencang yang bertiup ke arahku. Aku berlari kecil. Tak ingin aku tertinggal kereta yang sama, yang selalu aku kejar setiap hari. Agar selalu bisa memandangi dan mengagumi kecantikannya – dari kejauhan. Hujan rintik itupun semakin deras saat ayunan langkah kaki ini semakin mendekati stasiun. Aku berlari bergegas. Antrian tiket agak panjang. Tak apalah. Toh keretaku masih berhenti menunggu waktu pemberangkatan di stasiun Manggarai.

Aku berjalan di sepanjang peron. Kuperhatikan muka-muka mereka yang basah karena hujan. Kulihat mereka yang sibuk melipat payung. Kudengar mereka yang menggunjingkan hujan. Dari ujung hingga ke pertengahan peron telah ramai manusia. KRL CommLine Jatinegara belum datang, masih juga belum berangkat dari Manggarai. Sementara CommLine Serpong selalu berangkat sesudah CommLine Jatinegara. “Ah, masih sempat untuk menunggu dia”, pikirku. Dan aku masih berjalan menyusuri peron berlantai basah ini.

Kususuri peron ini hingga ke ujung, hingga mendekati arah foodcourt. Biasanya dia duduk disana bersama teman-temannya menanti kereta datang. Aku berdiri di penghujung tangga menuju foodcourt. Tapi aku tak melihat dia. Akan aku tunggu. Kupalingkan tatapanku ke arah loket 3. Berharap dia disana, baru datang dan membeli tiket. Kuhabiskan waktuku menatap loket 3. Tapi tak kulihat dia. Pengumuman di pengeras suara memberi tahu bahwa CommLine Jatinegara sudah berangkat dari Manggarai.

Tidak sampai 5 menit kemudian, berangsut datanglah CommLine Jatinegara, segeralah kereta itu dipenuhi dengan penumpang yang telah menanti disela hujan. Menyisakan penumpang CommLine Serpong. Kemudian aku berpikir, “mungkin dia di ujung peron dekat escalator”. Maka aku berbalik arah. Kususuri lagi peron ini. Kusapukan tatapanku pada setiap mereka yang ada di peron. Berharap dia ada. Hingga ujung tak kulihat dia. Dan aku kembali lagi ke arah foodcourt. Lunglai.

Aku menunggu CommLine di pertengahan peron ini. Dengan asumsi, aku bisa melihat ke dua arah ujung peron, sehingga paling tidak aku tahu dia ada. Tak melihatnya dengan jelas pun tak apa. Selama aku tahu dia ada, itu sudah cukup melegakan. Hingga kemudian terdengar pengumuman bahwa CommLine Serpong akan segera datang. Tapi dia tak kunjung datang. Perasaan ini tak tenang. Galau.

Aku tunggu detik demi detik, menit demi menit, tapi tak juga kulihat dia. Kulihat ke semua arah, ke segala kemungkinan kedatangannya. Tapi dia tetap tak terlihat. Hingga saatnya keretaku datang. Kutahan untuk tidak segera masuk. Masih berharap bisa melihat dia di menit-menit terakhir sebelum keberangkatan. Sayangnya itu tak terjadi. Dan dengan segenap perasaan sedih aku berjalan memasuki gerbong. Dia tidak ada. Asaku larut dalam rintik hujan sore ini. Pasrah.

No comments:

Post a Comment