kesabaran adalah pohon...

Kukenal kamu sebagai gadis pendiam yang manis. Jarang kulihat kamu bercengkerama dengan teman-temanmu. Jarang pula kamu tampak bercanda atau sekedar curhat dengan teman-temanmu. Kamu itu unik, kamu jarang menyungginggkan senyum, padahal kamu manis saat tersenyum. Bibirmu itu, penuh, lembut, manis. Tapi tak sekali juga aku inginkan diriku mengecupnya, aku tahankan diri, bibir yang selalu terkatup itu, seolah begitu suci. Perasaan ini seolah berdosa bila mengecupnya, takut dan tak berani membayangkannya ternoda. Wajah kamu cantik, meski kamu tak seputih salju, tapi kulitmu yang kecoklatan itu menggugah pemikiran akan eksotisme dirimu. Sayang kecantikan itu terus kamu sangkal dan menutupinya dibalik lembut lebat helai rambutmu. Aku jadi bertanya-tanya, apa yang kamu sembunyikan? Apa yang kamu tutup-tutupi? Apakah kamu takut, kecantikanmu itu akan membuatku menjamahmu? Sayang, untuk membayangkan bersamamu saja, aku sudah merasa berdosa, apa lagi bila aku lancang menjamahmu. Aku bersyukur, saat kita terpaut di asmara, kamu begitu berbeda, kamu seolah-olah membuat dunia baru bersamaku. Kamu lebih bersemangat, lebih ceria, lebih sering tersenyum, lebih hidup. Apakah aku sudah menjadi penyulut di api unggun kehidupanmu? Ah, betapa menyenangkannya melihatmu tertawa lepas penuh semangat dan gairah. Sesuatu yang ingin kulihat darimu, jauh sebelum kita di deru asmara. Kenapa aku harus menunggu lama untuk itu? Tapi kesabaran adalah pohon yang berbunga paling indah, dan berbuah paling manis, semanis senyummu saat kita dijala cinta. Termanis, yang ada dalam ingatanku...

No comments:

Post a Comment