di tengah keramaian manusia-manusia urban ini...

Aku sekarang tahu namamu, aku tahu kamu sekolah dimana, kuliah dimana, kapan kamu ulang tahun, apa hobi kamu, semuanya, nyaris semua aku sudah tahu. Aku cari kamu di facebook. Ya, aku cari kamu berdasarkan ingatanku akan namamu yang kamu sebutkan di mimpiku. Dan aku temukan kamu, kulihat fotomu, tapi sayangnya aku belum sepenuhnya yakin itu kamu. Aku tetap harus bertanya langsung ke kamu. Aku tebalkan segala keyakinanku untuk bertanya padamu, berharap akan sebuah pembenaran akan apa yang aku dengar dan aku rasa dalam mimpi. Sebuah pembenaran akan apa yang kucari di facebook. Sebuah pembenaran tentang kamu. Lalu pagi ini kugantungkan semua harapan keyakinanku itu di langit-langit gerbong kereta yang berdebu. Kupahat semua raut percayaku di jendela kereta yang rapuh dan hampir pecah ini. Kujilat semua angan indah tentangmu. Saat kamu tampakkan wajahmu di Pondok Ranji, di pintu gerbong kereta ini, lalu kamu langkahkan kakimu, mencari tempat yang tersedia untuk berdiri. Dan hanya satu tempat tersisa, tepat di sampingku. Lalu kamupun berdiri disana. Hatiku bergejolak saat itu, saat aku ingin mempertanyakan keyakinanku. Kuulur waktu, karena canggungku yang tak kunjung pergi. Yang telah kuusir dengan jutaan cara dan makian sehingga bisa ular pun tak mematikan. Kuulur waktu sampai tanpa sadar, kereta ini telah tiba di Sudirman. Saat pintu keluar terbuka, kamu segera berlari-lari kecil ke atas. Dan, ah! Anjrit...! Percuma kukejar kamu, orang-orang ini terlalu padat berdesakan. Dan akhirnya kamupun hilang di tengah keramaian manusia-manusia urban ini. Aku hanya bisa menyesali dan menyumpah serapah dalam hati. Penyesalanku karena menjadi pengecut. Penyesalanku menjadi pecundang. Penyesalanku menjadi orang bodoh. Bodoh! Bodoh...!

No comments:

Post a Comment